Tol Cisumdawu Pakai Geofoam,Begini Kata Dosen ITB,Sebut Jalan Tidak Boleh Bergelombang !

Bagikan Artikel

Bimantaranews.com – Pembuatan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) pada seksi 5A dilaporkan menggunakan geofoam expanded polystyrene (EPS). Menurut dosen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) Andhika Sahadewa, pembangunan jalan yang memakai geofoam itu harus memenuhi prinsip keamanan dan kenyamanan pengguna.

“Jalannya tidak boleh bergelombang, dibatasi penurunan maksimalnya per tahun dua sentimeter,” kata dosen di Kelompok Keahlian Rekayasa Geoteknik itu, Senin, 12 Juni 2023.

Sebelumnya diberitakan, seksi 5A dari total 6 seksi pengerjaan jalan tol Cisumdawu menggunakan geofoam EPS. Lokasinya di Desa Cipamekar, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.

Menurut Brawijaya, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional DKI Jakarta-Jawa Barat di laman pu.go.id pada Mei lalu, di seksi 5A terdapat bagian tanah labil dan berair sehingga tidak bisa ditangani dengan urugan atau konstruksi biasa. Geofoam yang dipakai sebanyak hampir 40 ribu meter kubik untuk mengurangi risiko longsor.

Andhika mengatakan bentuk geofoam sama persis seperti busa keras dalam dus yang melindung barang elektronik baru. Namun, untuk konstruksi jalan, geofoam punya kriteria teknis agar kuat ketika menerima beban dengan bobot tertentu secara maksimal.

Merujuk pada standar di Amerika Serikat, geofoam ketika dipasang di bawah jalan tidak boleh melesak atau kempes lebih dari nilai tertentu. “Nggak boleh meregang lebih dari 1 persen, itu kecil sekali tidak terasa,” ujarnya.

Selain faktor kenyamanan, geofoam juga harus memenuhi syarat keamanan. Mengantisipasi kelemahan material, maka geofoam harus terhindari dari air, juga api, serta minyak. Caranya, menurut Andhika, geofoam yang dipasang di bawah badan jalan dibungkus seperti lemper oleh bahan khusus geomembran seperti geotekstil. Pada bagian atasnya kemudian dilapis perkerasan.

“Nanti kendaraan tidak langsung bersentuhan dengan geofoam, tapi ada ketebalan minimal perkerasan jalan agar pengguna nyaman,” kata tenaga ahli Geoteknik di Badan Pengatur Jalan Tol itu.

Dengan cara seperti itu, masa pakai geofoam bisa berjangka lama dan tidak perlu dibongkar pasang pada kurun waktu tertentu secara berkala. Menurutnya, penggunaan geofoam relatif mudah untuk mengatasi masalah terkait kondisi tanah yang labil, atau ancaman longsor dari aliran air di sekitar jalan.

Pada jalan tol Cisumdawu, bagian bawahnya ada tanah timbunan biasa untuk mengakomodasi banjir. “Kalau geofoam aman tingginya di atas permukaan banjir,” ujar Andhika.

Konsep penggunaan geofoam, menurutnya, untuk meringankan beban pada tanah di bawahnya agar tidak mudah longsor ketika jalan tol dilintasi kendaraan. Bobotnya yang lebih enteng dibandingkan dengan material tanah timbunan, menjadi bahan alternatif sebagai timbunan ringan.

“Alternatifnya ada beberapa, selain geofoam juga beton ringan atau mortar busa karya anak bangsa,” katanya. Namun mortar busa tidak bisa digunakan karena pengerjaan tol Cisumdawu butuh waktu cepat.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.


Bagikan Artikel

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Eksplorasi konten lain dari Bimantara News

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca